Senin, 21 April 2014

Groeiende aandacht voor onderdrukte Papoea-bevolking.

Groeiende aandacht voor onderdrukte Papoea-bevolking.
In tegenstelling tot de vreemde taboe opstelling in Nederland is het wel opmerkelijk, dat er vanuit andere landen steeds meer druk wordt uitgeoefend op de Indonesische regering inzake hun repressie beleid in Papua.
Het aantal organisaties in de betreffende landen groeit nog elk jaar en er worden momenteel al meetings georganiseerd om te komen tot meer doeltreffende acties voor steun aan de Papoea’s.
Die steun is zeer divers, voor de mensenrechten, vrede, herziening van de “Act of Free Choice” etc. . Elke organisatie heeft zijn eigen netwerk met andere organisaties in binnen en buitenland.
Dit heeft tot gevolg dat nieuws over de schendingen van de mensenrechten heel snel via internet wordt verspreid en dat steeds meer mensen hierbij worden betrokken. Ondanks de verschillen is men ervan overtuigd, dat de schendingen van de mensenrechten geen interne aangelegenheid is en dat dit door geen enkele politiek belang kan worden getolereerd. Betreffende organisaties komen tot verregaande acties en dit alles is niet onopgemerkt gebleven bij het Indonesische regiem.
In Oktober 2002 was er in Londen een meeting, waarbij meer dan 20 verschillende organisaties uit 15 landen vertegenwoordigd waren en die steun betuigden aan het zelfbeschikkingsrecht van de Papoea’s, een recht van alle volken in de wereld. Men deed een beroep op de Indonesische regering een dialoog met Papoea-leiders (Presidium) aan te gaan om uit de impasse te komen.
Men deed een beroep op Kofi Anan, het gewraakte U.N. beleid in de Act of Free Choice te herzien. De Papoea’s kwamen met een voorstel Papua als vredeszone te verklaren.
Indonesiƫ voert echter hard beleid van repressie en het leger doet alles het land instabiel te houden en de legitieme OPM(verzetsbeweging) als een terreurorganisatie aan te merken.
Ondergetekende heeft de stellige indruk, dat er in het verleden heel veel verkeerd is gegaan en heeft dat geprobeerd te verwoorden in een uitvoerig rapport. Hier kan men lezen waar het IndonesiĆ«, Amerika en bondgenoten om te doen is: niet om de Papoea’s, men wil hun bodemschatten. De Papoea’s zijn tweederangsburgers in eigen land.
In dit verband gebruikt Indonesiƫ alle middelen, diplomatie, militair geweld en economische steun van internationale bondgenoten.
Het zijn echter gewone burgers, zoals ondergetekende, die zich druk maken over het welzijn van de oorspronkelijke bewoners van Papua, namelijk de Papoea’s.
Lees het hele verhaal over dit grote onrecht, waaraan de Papoea’s gedurende afgelopen 40 jaar zijn blootgesteld. Alleen al in de aanloop naar het referendum 1962/1969, stierven er ca 30.000 Papoea’s onder het brute geweld van Indonesische militairen. Sindsdien volgden er nog honderdduizenden. Sinds voorjaar 2002 ben ik in de weer, belangrijke, meestal dramatische gebeurtenissen te rapporteren met de bedoeling dit eens wereldkundig te maken en een doekje open te doen over wat er allemaal in Papua gebeurt.
Het resultaat is schokkend en bizar, zo bizar, dat het tijd wordt, de Nederlandse burger kennis te laten nemen over de genocide, die plaatsvond en plaatsvindt in voormalig Ned. Nieuw-Guinea.
Lees het complete verhaal en U heeft een goede indruk over wat er zich in Papua afspeelt.
Perhatian tumbuh bagi penduduk Papua yang tertindas.

Berbeda dengan tabu aneh di Belanda adalah penting, bahwa negara-negara lain lebih dan lebih banyak tekanan yang dibawa untuk menanggung pada pemerintah Indonesia mengenai kebijakan represif mereka di Papua.
Jumlah organisasi di negara bersangkutan tumbuh setiap tahun dan kami sedang semua pertemuan yang diselenggarakan untuk mencapai tindakan-tindakan yang lebih efektif untuk mendukung warga Papua.
Dukungan ini sangat beragam, untuk hak asasi manusia, perdamaian, review "Act of Free Choice" dll... Setiap organisasi memiliki sendiri jaringan dengan organisasi lain di Belanda dan luar negeri.
Sebagai hasilnya, berita tentang pelanggaran hak asasi manusia sangat cepat tersebar di internet dan yang lebih dan lebih banyak orang dapat terlibat. Walaupun terdapat perbedaan satu yakin bahwa masalah pelanggaran hak asasi manusia tidak internal dan bahwa ini dapat ditoleransi oleh kepentingan politik apapun. Mengenai organisasi datang ke luas tindakan dan semua ini tidak pergi tanpa diketahui pada rezim Indonesia.
Ada pertemuan di London pada bulan Oktober 2002, melibatkan lebih dari 20 organisasi yang berbeda dari 15 negara diwakili dan yang mendukung untuk penentuan nasib sendiri rakyat Papua, hak dari semua bangsa di dunia. Ini menghimbau kepada pemerintah Indonesia berdialog dengan para pemimpin Papua (Presidium) untuk keluar dari kebuntuan.
Satu meminta Kofi Annan, kebijakan PBB menyinggung dalam Act of Free Choice. Warga Papua datang dengan proposal yang menyatakan Papua sebagai zona damai.
Namun, Indonesia melakukan keras kebijakan penindasan dan tentara melakukan segala sesuatu untuk menjaga negara tidak stabil dan sah OPM (gerakan perlawanan) sebagai organisasi teroris.
Yang bertandatangan memiliki kesan yang berbeda, yang dahulu jauh sudah salah dan yang berusaha mengartikulasikan dalam laporan komprehensif. Di sini orang dapat membaca mana Indonesia, Amerika dan sekutunya melakukan adalah: tidak untuk orang Papua, yang mau mereka sumber daya mineral. Warga Papua adalah warga kelas dua di negeri mereka sendiri.
Dalam konteks ini, Indonesia digunakan semua berarti, diplomasi, kekuatan militer dan mendukung ekonomi internasional sekutu.
Namun, masyarakat biasa, seperti saya, yang bertandatangan, yang prihatin tentang kesejahteraan penduduk asli Papua, yaitu orang Papua.
Baca seluruh cerita tentang ketidakadilan besar ini, bahwa orang-orang Papua yang terkena selama 40 tahun terakhir. Menjelang referendum tahun 1962/1969 sendirian, kira-kira 30,000 Papua meninggal dalam brutal kekerasan oleh tentara Indonesia. Sejak itu diikuti masih ada ratusan ribu. Sejak musim semi tahun 2002, saya sekali lagi, penting, biasanya dalam peristiwa-peristiwa dramatis laporan dengan tujuan ini sekali dan kain untuk membuka tentang apa yang terjadi di Papua.
Hasilnya mengejutkan dan aneh, jadi aneh, bahwa itu adalah waktu untuk memperkenalkan warga Belanda, mengambil genosida, yang mengambil tempat dan terjadi di bekas Ned. New Guinea.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar