Kamis, 17 April 2014

Salibkan Dia dan Rakyat Papua



Jika misteri paskah sudah semakin tiba, maka rakyat Papua pun sudah semakin disalibkan secara keji.
Ini salah satu dari sejumlah masalah teologis yang menghantar setiap umat beriman untuk mengetahui betapa buruknya wajah pelanggaran HAM secara umum di Papua.

Ada banyak orang Papua yang sudah dan sedang disalibkan oleh pemerintah RI dengan menggunakan berbagai cara, bahasa dan dalam berbagai bentuk kekuasaan yang mengemuka. Amat mudah rakyat Papua disalibkan bila kita menyaring kesamaannya. Tuhan Yesus masih tetap disalibkan dengan menciptakan pelanggaran HAM di Papua. Itu persoalan bagi Papua sekarang.

Maka kita tidak perlu bawa-bawa Tuhan di langit. Tapi teolog harus terbuka terhap konteks. Langsung saja, menurut data yang dicerna oleh ICP Human Rights and Peace for Papua, rakyat Papua yang ditangkap dan dipenjarahkan sebagai tahanan politik pada 2012-13 itu adalah sekitar 67 orang di berbagai pengadilan negeri Papua.

Sementara anak-anak Papua pada usia sekolah yang tidak mendapat pendidikan yang layak di pedalaman Merauke-Asmat yakni 500.000 orang.

Data ini dilaporkan Ketua DPP-ICAKAP, Apolo dalam kata sambutannya ketika membuka ruang seminar dan diskusi panel dengan:  Meneropong Wajah Pendidikan Katolik di Papua di Aula St Yoseph Fajar Timur Abepura, Sabtu 12/04/2014. Wajah buruk ini dibenarkan oleh Sekretaris Eksekutif YPPK Fransiskus Asisi Jayapura-Papua, Mathias Wiran.

Menurutnya, ada tiga kesulitan utama dalam mengelola Sekolah Yayasan Katolik di Papua yakni soal finasial, dikeluarkannya Surat Edaran Gubernur KDH Propinsi Irbar No. 183/35/AG/1971 tentang penyerahan wewenang mengangkat dan memberhentikan pegawai daerah kepada Bupati/KDH Tinggkat II di seluruh Irian Barat dan perubahan zaman yang disertai dengan kekerasan dan konstruksi politik. Karenanya nilai-nilai iman dan moral mulai terkikis secara drastis.

Organisasi ICAKAP ini pasti akan melakukan penelitian khusus tentang bagaimana realitas wajah pendidikan Katolik di Papua. Tapi, masalah mendasar adalah demi perubahan radikal, apakah mereka ini berani akan membongkar-bangkir kejahatan sistem dan struktural pendidikan Yayasan Katolik di Papua?

Rupanya, ada semacam kebobrokan sistem Yayasan Papua yang bernuansa politik merah putih untuk melindungi kedaulatan kekuasaan sambil mengabaikan sumber daya manusia asli di Papua.  Ini tujuan utama bagi kaum dominansi.

Lalu apakah para pimpinan Yayasan ini memiliki budaya discernment (pembedaan roh, mencari kehendak Allah) sebelum melanjutkan setiap misi Allah demi keselamatan jiwa-jiwa di Papua? Ataukah mereka hanya bikin Papua sesuai hobi dan penyebaran gagasan abstrak mereka tanpa memahami konteks hidup rakyat demi keselamatan diri dan selevelnya?

Tidak hanya itu, perjuangan gedung pasar permanen dari mama-mama pedagang asli Papua (MAPAP) juga tidak pernah ditanggapi serius melalui tindakan nyata.

Padahal proyek pasar permanen bagi MAPAP ini sudah diperjuangkan secara giat sejak peristiwa PEPERA 1969 hingga kini 2014.  Pasangan Lukmen, orang nomor 01 di Papua pun masih tetap tidak memberi tempat bagi MAPAP dalam ranah pembangunan Papua. Katanya, Bos dorang mau bikin Papua jadi mandiri dan bangkit baru.

Tapi nyatanya, motto itu hanya sebagai pintu emas dan tameng saja untuk mengaman diri dan kaum dominasi luar di Papua. Rupanya, mata hati dan mata iman para pejabat ini semakin ditutup mati pemerintah Jakarta dengan memenjarahkan anda ke dalam ideologi pancasil di Papua.

Kondisi rakyat yang tidak bersahabat ini diperparah lagi dengan carut-marutnya pesta demokrasi pemilihan umum legislative pada priode lima tahun kedepan ini. Sadar atau tidak, pesta demokrasi kali ini sungguh sudah diwarnai dengan tsunami SALIBKAN orang asli Papua di palang salib.

Dalam pesta demokrasi ini, ada banyak rakyat dibunuh tanpa bicara. Ada sebanyak 30 orang mati dibunuh tanpa mempersoalkan pelaku pembunuhan. Ini permainan sistem demi tujuan tertentu. Maka dalam berbagai kesempatan baik diskusi publik maupun melalui media cetak bahwa Jakarta harus segera membuka diri untuk duduk bicara, dialog dan bercakap tentang berbagai konflik Papua yang semakin lebih bertambah parah ini.

Dalam sejarahnya, dia rekan perjuangan dengan rakyat Papua dalam membangun Papua Tanah damai. Di samping itu dia juga telah mengurus beberapa pemekaran Kab. di Papua selama 2009-2014.

Kini dia pun berjuang pemekaran Propinsi Baru yakni pemekaran propinsi Papua Tengah dan Papua Selatan, yang saat ini Ampresnya sudah dikeluarkan oleh Presiden SBY. Pemekaran ini mencakup perluasan penduduk transmigrasi dan memanfaatkan sumber daya alam termasuk tambang energy, gas dan mineral di Papua.

Orang-orang seperti ini harus segera ceking mereka.

Orang ini baik tapi perbuatannya penuh dosa struktural. Berdasarkan data BKPMD Kab. Merauke, Desember 2013 hingga saat ini, terdapat 36 perusahaan yang aktif dan sudah mendapatkan izin lokasi. Papua sudah dibagi habis oleh kaum investor dan imperialis berdasarkakn Intruksi Presiden Ipres) No.6/2013. Inilah yang melahirkan perebutan secara paksa atas hak ulayat rakyat pribumi Papua. Ini neraka, salib yang diberikan pemerintah demi mengamankan dirinya.

Apakah Jakarta bisa berdialog dengan rakyat Papua? Siapa lagi yang mau bikin SALIBKAN YESUS dalam dan melalui rakayat asli Papua? Apakah ini salib sejati?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar