Kamis, 17 April 2014

TURIS ASAL SPANYOL KECEWA, TERUMBU KARANG DI BIAK RUSAK

TURIS ASAL SPANYOL KECEWA, TERUMBU KARANG DI BIAK RUSAK

Cristina dan Glen saat beristirahat di pondok gratis milik masyarakat di Kampung Anggaduber, Distrik Biak Timur, Kab Biak Numfor.(Jubi/dam)
Cristina dan Glen saat beristirahat di pondok gratis milik masyarakat di Kampung Anggaduber, Distrik Biak Timur, Kab Biak Numfor.(Jubi/dam)
Biak, 15/4 (Jubi) – Turis asal Catalunia, Spanyol Cristina dan Glen berkunjung ke Kampung Anggaduber, Distrik Biak Timur sekitar dua jam dari pusat Kota Biak. Pasangan suami istri ini berjalan keliling Biak dengan sepeda motor sewaan. Karena suka snorkeling dan diving setahun lalu keduanya berkunjung ke Raja Ampat.
“Sayang terumbu karang di sini sudah rusak mungkin karena nelayan mencari ikan dengan menggunakan bahan peledak. Saya pernah ke Pulau Undi di Padaido juga mengalami nasib yang sama terumbu karangnya rusak,”kata Glen dan Cristina kepada tabloidjubi.com di Pantai Kampung Anggaduber, Biak Timur , Rabu (15/4).
Sambil menikmati buah kelapa muda kedua turis muda yang juga pencinta klub Barcelona ini menambahkan alam dan laut di sini memang indah.
“Tak ada polusi air laut dan menarik untuk berlibur. Kami akan ke Nabire untuk melihat ikan hiu raksasa di Taman Nasional Teluk Cenderawasih,”ujar Glen bangga.
Keduanya juga heran karena banyak nama-nama berbau orang Spanyol ada juga di Biak.
“Misalnya ada anak anak atau orang dewasa memiliki nama Maria, Cristina atau juga David,”kata Cristina sambil tertawa.
Kemudian Glen mulai membandingkan antara Raja Ampat dan Biak soal keindahan terumbu karang dan jenis-jenis ikan yang banyak.
”Wah kalau di Raja Ampat masih alami dan tidak ada terumbu karang yang rusak,”katanya terkagum-kagum.
Usai menikmati keindahan alam di Kampung Anggaduber, keduanya berpamitan menuju ke kota Biak untuk beristirahat. Tabloidjubi.com hanya mengucapkan adios dan mereka juga membalas adios sambill tertawa.
Kepala Kampung Anggaduber, Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor Tomas Mambiuw mengatakan biasanya turis asing yang datang ke sini berpasangan dan berkendaraan sepeda motor.
“Dulu banyak turis yang datang sewaktu masih ada Hotel Marauw tetapi sekarang hanya satu atau dua orang turis saja,”katanya.
Lebih lanjut Tomas Mambiuw membenarkan kalau terumbu karang di kampung Anggaduber rusak tetapi bukan karena bahan peledak tetapi gempa bumi yang terjadi pada 1996 mematahkan semua terumbu karang.
Hal senada juga dikatakan tokoh pemuda kampung Anggaduber, Bas Mambiuw kalau peristiwa gempa bumi yang kuat menenggelamkan terumbu karang dan juga pusaran air laut yang kuat.
“Di kedalaman laut di sini sering kali terjadi gempa-gempa membuat terumbu karang semakin rusak,”katanya seraya menambahkan kondisi ini membuat masyarakat kalau melaut lebih jauh untuk mendapat hasil tangkapan ikan yang lebih banyak.
Hotel Marauw berbintang empat yang dibangun jaman Gubernur Irian Jaya Barnabas Suebu tak jauh letaknya dari Kampung Anggaduber, rusak parah. Hotel senilai Rp 2,5 miliar ini ibarat puing-puing sisa Perang Dunia Kedua yang pernah berkecamuk di Pulau Biak. Bayangkan hotel yang berusia sekitar dua puluh lima tahun ini hancur lebur, yang tinggal hanya tiang-tiang dan gapura welcome in Marauw Hotel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar