Sabtu, 19 April 2014

MSG Terjebak dalam Skenario Penipuan RI



Dalam kasus Papua, Republik Indonesia menghalalkan segala cara. Pendekatan penipuan dan kekuatan Militer menjadi pilihan utama Republik Indonesia dalam mempertahankan Papua Barat dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Republik Indonesia menipu bangsa Papua melalui kata-kata dan juga penipuan yang dikemas dalam berbagai paket politik, seperti Otonomi Khusus, UP4B, Pemekaran Provinsi/Kota/Kabupaten, dan lain-lain. Republik Indonesia juga menipu masyarakat internasional, baik individu, lembaga non pemerintah maupun pemerintah.
Skenario penipuan tingkat tinggi Republik Indonesia yang sedang terjadi pada saat ini adalah kepada forum MSG. Berikut ini skenario penipuan RI kepada Negara-negara yang tergabung dalam forum MSG, antara lain: 
Yang Pertama, untuk melihat atau mendengar situasi Papua pada awal Juni 2013 forum MSG diundang oleh pemerintah Indonesia melalui Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan RI, Djoko Suyanto pada saat berkunjung ke Suva Fiji. Undangan itu disampaikan Djoko Suyanto kepada Perdana Menteri Fiji yang saat itu menjabat sebagai ketua forum MSG.
Yang Kedua, dalam rapat penentuan Agenda KTT MSG, pada 16 Juni 2013 para Menlu MSG merekomendasikan bahwa menunda pembahasan aplikasi WPNCL untuk menjadi anggota MSG. Disepakati keanggotaan Papua Barat dalam MSG akan diputuskan setelah MSG memenuhi undangan dari RI.
Yang Ketiga, dalam Komunike Bersama pimpinan MSG, khususnya dalam point 20 dan 21 membahas terkait soal Papua Barat. Dalam point 20 secara tegas menyatakan bahwa Papua Barat masih memiliki kesempatan untuk penentuan Nasib sendiri. Juga MSG menyatakan keprihatinan atas HAM dan Kejahatan RI terhadap orang asli Papua.
Dalam point 21 membuat peta jalan terkait keanggotaan Papua Barat dalam forum MSG, yaitu keanggotaan Papua Barat dalam forum MSG akan diputuskan selambat-lambatnya 6 bulan setelah Menlu MSG berkunjung ke Indonesia. Menlu MSG akan mengajukan laporan kunjungan kepada pimpinan MSG. Laporan itu akan menjadi acuan dalam ambil keputusan keanggotaan Papua Barat dalam MSG.
Yang keempat, RI berhasil menggantung penentuan status keanggotaan Papua Barat dalam MSG. RI memanfaatkan kesempatan 6 bulan itu dengan menempuh berbagai pendekatan. RI mengundang beberapa Negara dalam forum MSG secara terpisah untuk dipengaruhi dan meningkatkan hubungan kerja sama bilateral.
Yang kelima, selama dalam 6 bulan, RI tidak mengundang para Menlu MSG datang berkunjung ke Indonesia. Baru pada awal Januari 2014, Pemerintah Indonesia mengundang Para Menlu MSG datang berkunjung ke Indonesia (Jakarta, Papua dan Ambon).
Yang keenam, RI merancang skenario untuk memenangkan kunjungan para Menlu MSG itu. Vanuatu membaca skenario itu, maka Perdana Menteri Vanuatu mengajukan protes tegas kepada para anggota MSG lainnya yang mau memenuhi undangan RI yang sarat dengan kepentingan.
Perdana Menteri Vanuatu tidak bersedia mengirim Menlu Vanuatu untuk berkunjung ke Indonesia. Sikap ini diambil juga oleh Kanaky. Vanuatu dan Kanaky hanya mengirim utusan untuk memonitoring.
Yang ketujuh, para Menlu MSG tiba di bandara Sentani-Jayapura pada 13 Januari jam 05:20 subuh. Mereka dijemput oleh Kapolda, Pangdam XVII Cenderawasih dan Muspida Kabupaten Jayapura. Para Menlu MSG dikawal ketat oleh TNI, POLRI dan BIN.
Yang kedelapan, dalam kunjungan para Menlu MSG itu, Pemerintah Indonesia tidak memberi akses bagi tiga Menlu MSG untuk bertemu dengan para tokoh dan pemimpin komponen Perjuangan Pembebasan Bangsa Papua. Para Menlu MSG itu hanya diberi akses untuk bertemu dengan pejabat Pemerintah Indonesia, baik di pusat maupun di daerah, juga bertemu dengan pendukung merah Putih (pro NKRI).
Bahkan DPRP dan MRP sebagai lembaga resmi Indonesia pun tidak diundang untuk bertemu dengan para Menlu MSG. Pemerintah hanya mengundang beberapa anggota MRP dan DPRP yang tergabung dalam Barisan Merah Putih. Karena itu, MRP dan DPRP menyatakan protes tegas sebagai bentuk kekecewaan karena tidak diberi akses untuk bertemu dengan para Menlu MSG itu.
Yang kesembilan, Menlu MSG diperlakukan RI seperti yang datang atau tiba di bandara Sentani-Jayapura pada saat orang masih tidur nyenyak jam 05:20 waktu Papua. Tindakan ini tidak sesuai dengan protokoler Negara.
Yang kesepuluh, massa rakyat bangsa Papua yang sedang menggelar demo damai untuk menjemput kunjungan itu, gabungan TNI dan POLRI membubarkan mereka secara paksa. Dalam insiden itu, polisi pun menangkap 46 orang asli Papua. Setelah para Menlu MSG meninggalkan Jayapura barulah pada jam 15.00 waktu Papua Barat, 46 orang itu dibebaskan. Ini hanyalah skenario penipuan RI kepada para Menlu MSG bahwa Tanah Papua itu aman-aman saja. Padahal di tanah Papua Barat sedang terjadi darurat kemanusiaan secara terselubung yang paling mengerikan.
Yang kesebelas, kunjungan para Menlu MSG ke Ambon disambut secara meriah sebagai tamu Negara. Ini adalah siasat RI untuk mengelabui para Menlu MSG bahwa rumpun Melanesia di Indonesia itu lebih baik dan lebih banyak.
Yang keduabelas, dalam pertemuan Pemerintah Propvnsi Papua dengan para Menlu MSG, Gubernur Papua (Lukas Enembe) menyatakan bahwa mari kita melupakan masa lalu Papua.
Kini era reformasi telah memberi peluang kepada kita untuk membangun Papua melalui Otonomi Khusus (Otsus) yang sekarang sedang diubah menjadi Otonomi Khusus (Otsus) Plus sebagai solusi kemajuan Papua, (sumber Siaran RRI Jayapura, 14/01/2014).
Para delegasi MSG ini tertipu dengan skenario RI. Dalam kesempatan itu juga para Menlu MSG ini mengakui bahwa Otonomi Khusus (Otsus) Papua berhasil dengan baik, (Sumber siaran RRI Jayapura, 14/01/2014).
Bagaimana mungkin Otonomi Khusus (Otsus) Papua itu berhasil dengan baik, sementara tidak ada keberpihakan, perlindungan dan pemberdayaan kepada orang asli Papua? Otonomi Khusus (Otsus) Papua memang berhasil dalam menciptakan diskriminasi, marginalisasi, ketidak-adilan, minoritasi orang asli Papua, menciptakan kekerasan dan kejahatan kemanusiaan terhadap orang asli Papua, yang seruannya ini berdampak pada pemusnahan etnis Papua.
Yang ketigabelas, sesuai jadwal, pada 15/01/2014 tiga Menlu MSG bertemu dengan presiden SBY untuk tanda tangan beberapa kesepakatan kerja sama.
Yang keempatbelas, para Menlu MSG akan buat laporan kunjungannya kepada pimpinan MSG akan ambil keputusan: apakah Papua Barat diterima menjadi anggota MSG atau tidak? Jika aplikasi Papua Barat diterima, maka langsung menjadi status anggota resmi atau menjadi status peninjau tetap dalam forum MSG. Jika aplikasi Papua Barat ditolak, maka RI akan tetap menjadi peninjau dalam forum MSG.
Yang kelimabelas, kunjungan para Menlu MSG ke Indonesia hanya bertemu dengan pemerintah Indonesia dan masyarakat pro NKRI. Para Menlu MSG tidak bertemu dengan para tokoh dan pimpinan Papua Merdeka. Maka laporan yang akan dibuat oleh tiga Menlu MSG itu tidak berimbang (sepihak). Secara logika, manusia dapat diprediksi bahwa MSG akan menguntungkan RI, kecuali ada mujizat Tuhan.
Inilah beberapa skenario penipuan RI kepada MSG. Tujuannya adalah:
Pertama, RI mau menggagalkan upaya bangsa Papua Barat menjadi anggota resmi dalam forum MSG;
Yang kedua, RI pertahankan penjajahan atas Papua dan memperpanjang penderitaan orang asli Papua;
Yang ketiga, RI merusak hubungan kerja sama antara Negara-negara di kawasan Melanesia;
Yang keempat, RI meningkatkan hubungan kerja sama dengan Negara-negara tertentu di kawasan Melanesia.
Menurut tuan Filep J.S. Karma (Tahanan Politik Hati Nurani Papua di Penjara Abepura) mengatakan, RI adalah wirus dalam forum MSG. Virus ini sedang menghancurkan hubungan kerjasama yang terjalin baik selama ini dalam forum MSG. Beliau (Karma) berharap bahwa forum MSG dengan secepatnya mengeluarkan virus RI ini, jika tidak dikeluarkan, maka virus ini akan menghancurkan solidaritas Negara-bangsa di kawasan Melanesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar